HI...It's been a while since my last post. To be honest i'm afraid to post this because i'm bad at writing... but my friend Adi, encourage me to post this on my blog. So here it is, my UFLL 2016 journey (i wrote it in bahasa, don't have time to translate leh...). Enjoy the post!
UFLL? hmm nama yang tidak asing bagi mahasiswa mahasiswi di Indonesia, suatu perlombaan (lebih tepatnya development program) yang diadakan oleh Unilever Indonesia untuk mencari bibit-bibit pemimpin masa depan. Tetapi nama itu sangat asing bagi saya dan lingkungan kampus saya. Saya berasal dari suatu kampus yang pasti muncul pertama kali dipikiran orang adalah kampus borju. Yup stigma itu memang tidak bisa saya hapus, tapi saya tetap bangga dengan kampus saya. Saya mahasiswa semester akhir di Universitas Pelita Harapan. Jarang sekali bukan mendengar kampus saya mengikuti lomba seperti ini. Pertanyaannya adalah kenapa saya mau ikut lomba ini? jawabannya hanya satu, saya hanya iseng-iseng aja. Iseng? berarti masuk sebagai 30 besar finalis UFLL 2016 hanya sebuah keisengan belaka?
Jujur, saya memang iseng mencari perlombaan disela-sela kesibukan magang saya, dan ternyata tepat sekali UFLL 2016 sedang buka registrasi. Tidak salahnya mencoba, saya langsung mendaftar. Tetapi saya tidak main-main dalam mengerjakan PPT saya (tau kan gimana rasanya kompetitif). Dan setelah melihat beberapa video mengenai UFLL, saya semakin ingin untuk lolos ke 30 besar. Disini saya belum bisa membayangkan UFLL ini lomba seperti apa, apa saja kegiatannya, karena tidak ada alumni dari kampus saya sebelumnya yang pernah mengikuti lomba ini. Saya buta banget lah. Sampai pada 30 Oktober saya membuka file dari Unilever, dimana disitu diumumkan 30 finalis UFLL 2016. Saya membukanya ketika sedang menyetir di kemacetan Jakarta. Begitu muncul nama saya, saya panik girang teriak ga jelas di mobil, teman saya sampai kaget. Saya ga menyangka aja saya bisa terpilih mengalahkan 800++ peserta dari seluruh Indonesia, dimana saya yakin mereka lebih hebat daripada saya. Selain panik saya bingung harus menyiapkan apa saja untuk lomba? apa yang harus saya pelajari? bahkan saya awalnya belum cerita ke dosen satupun saya mengikuti lomba karena mereka juga banyak yang tidak peduli. Saya tidak melakukan persiapan apapun selain packing baju dan kelengkapan yang ditugaskan oleh pihak Unilever. Saya bahkan masih bisa pergi dengan teman-teman hingga pagi hari di h-1 perlombaan. Motto saya adalah do my best and God will do the rest.
Karena saya dari Bogor, saya menginap semalam sebelumnya di hotel yang telah disediakan pihak Unilever. Teman pertama saya di UFLL adalah Adolfo Panjaitan, karena dia teman sekamar saya. Lalu saya berkenalan dengan teman-teman lainnya seperti Adi Purnomo, Arika, Zulkifli dan Rifaldi. Besok paginya barulah saya bertemu teman-teman yang sama-sama menjadi 30 finalis UFLL 2016. Bagaimana perasaan ketemu mereka ? Excited? yes. Nervous? very. Susah dijelaskan. Saya mengetahui latar belakang mereka semua dengan mengobrol satu sama lain. Ada yang berkuliah di UI, UGM, ITB, ITS, dan kampus-kampus lain yang membuat saya minder. Ada yang sudah melanglang buana di dunia perlombaan, ada yang pernah lomba ke Africa, ada yang IPK 4.00, ada yang anak Aiesec, ada yang Beasiswa Djarum, and one thing in mind setelah berkenalan dengan mereka semua adalah “I feel small… I have nothing compared to them”. Gimana gak minder, prestasi saya nol bulat. Gak ada experience seperti mereka. And I wonder, kenapa saya bisa masuk sebagai finalis. Pertanyaan itu terus muncul di benak saya.
Singkat cerita (saya tidak akan menceritakan detail acara, no fun leh..you have to experience it by yourself), saya sekelompok dengan dua orang yang membuat saya sangat minder, yakni Metta Handika (Bina Nusantara University) dan Adi Purnomo (Institut Teknologi Bandung). Kita bertiga saling bahu-membahu memecahkan case yang diberikan, saling mensupport, saling mendengarkan satu sama lain, kita sama-sama mengeluh tapi sama-sama berpacu untuk menjadi yang terbaik. Dan saya sangat tidak menyesal berkelompok dengan dua orang ini. Mereka adalah orang-orang yang hebat.
Case demi case diberikan setiap harinya, sesi kelas juga diadakan setiap harinya. Di awal-awal sesi kelas saya lebih sering terdiam. Saya lebih sering diam dan memperhatikan saja, saya tidak pernah mengangkan tangan saya untuk bertanya atau menjawab. Saya malu, saya merasa jawaban mereka lebih bagus dan berbobot, dan saya malu kalau salah menjawab (menurut Mba Irma tidak ada jawaban yang salah semua jawaban bisa saja benar, couldn’t be more agree with that). Kalau kalian mungkin kenal dengan teman-teman di UFLL batch ini, silahkan tanya ke mereka apakah saya selalu bertanya atau menjawab di setiap sesi. Mungkin dari luar saya terlihat supel, sangat extrovert dan banyak omong, but deep down inside I’m very scared. Im scared that they will laughed with me or laughed at me. That’s a big difference. Tapi selama berlangsungnya acara akhirnya saya belajar, bahwa saya tidak boleh begitu terus, harus berani mengutarakan pendapat, entah itu salah maupun enggak. Saya mencoba memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan di akhir-akhir masa karantina. Saya sempat menyesal kenapa saya harus takut, toh semua orang juga berani. Disitu saya belajar bahwa saya tidak boleh terlalu sering berpikiran negatif dulu, selagi belum mencoba kenapa harus takut gagal kan! *wink*
Singkat cerita lagi (hmm...) saya berhasil lolos ke final untuk melakukan presentasi mengenai Dove Conditioner. Ketika pengumuman saya kaget tidak percaya dan hampir menitikkan air mata, tetapi saya mencoba tidak menunjukannya. Saya bertanya kenapa harus saya? bukankah banyak yang lebih bagus. Jujur saya sangat tidak enak dengan teman saya, dia sangat ingin sekali lolos, dan saya selalu mensupport dia, sama-sama berjuang. Ketika saya yang lolos, saya merasa sedih, saya tahu dia juga di satu sisi senang saya lolos tapi di satu sisi dia sedih kesempatannya tidak ada. Saya bahkan tidak pernah berpikir akan bisa lolos ke final, sudah 30 besar saja sudah bagus. Tetapi saya tidak ambil pusing harus menang lah harus juara satu, saya hanya mengucap syukur dan let it flow aja semuanya. Hingga pada hari final team saya memperoleh juara runner up 1 untuk national team. Happy? of course. Proud? very. It’s a mixed feeling, susah buat digambarkan. Cuma bisa bersyukur-bersyukur dan bersyukur. Saya memang tidak menjadi Individual Winner, tetapi saya tidak merasa sedih sama sekali. Saya senang Unilever memilih orang-orang yang tepat untuk mewakili Indonesia di UFLL London (Khanza dari Unpad, Hanie dari Prasetya Mulya, Albert dari ITB). Good luck guys! Get the gold!
Lomba ini bukan masalah menang atau kalah, tidak ada yang kalah, 30 orang ini adalah pemenang. Tetapi lomba ini mengajarkan bagaimana seseorang tumbuh dan berkembang secara spiritual. Bagaimana pribadi kita yang dulu dapat kita ubah menjadi pribadi yang lebih baik. Semua dapat dilihat melalui case-case yang diberikan. Bagaimana ketulusan kita saat mengerjakan case tersebut, Bagaimana kerjasama team yang baik mempengaruhi hasil, bagaimana relasi kita dengan teman-teman dan mentor dan masih banyak lagi benefit yang bisa didapat dari lomba ini. Satu kalimat yang masih saya ingat sampai sekarang bahkan saya tulis di notes hape saya hingga tulisan ini dibuat adalah, “dalam menentukan tujuan janganlah yang jangka waktu pendek dan jika gagal kamu akan berhenti disitu saja. Tetapi tentukanlah tujuan jauh ke depan, karena jika kamu gagal maka kamu akan dapat mencari alternatif lain untuk mencapai tujuan itu”. Kata-kata itu diucapkan oleh Mba Irma, beliau memang sangat memotivasi saya. Dari beliau-lah saya belajar banyak untuk mencapai cita-cita saya, bagaimana saya harus berpikir diluar kebiasaan saya, dan bagaimana saya harus menghargai setiap moment yang ada.
Saya memang tidak lihai dalam mengukir kata-kata. Saya juga tidak sepintar itu untuk menceritakan pengalaman-pengalaman saya. Tetapi saya bisa bilang bahwa jangan takut untuk menggali potensi diri kalian sendiri, karena dari awalnya kalian mungkin masih buta, tapi lama kelamaan kalian akan tahu potensi kalian yang sebenarnya. UFLL 2016 benar-benar menunjukkan potensi diri saya yang sesungguhnya. Terima kasih UFLL 2016. I wish you all be a successful person one day! If people asked me what is my biggest achievement ever, the answer is UFLL 2016. This is the stepping stone of my next career, and i'm proudly said that UFLL turned me from nobody into somebody. Whoever read this, good luck trying for UFLL 2017 ! Feel the experience!
Ah..the memories :